CHOCORETTO at Reverb nation


Monday, February 14, 2011

F.T.O (Oneshot – based on my dream)

F.T.O (Oneshot – based on my dream)

by Arienna Sachino on Monday, 14 February 2011 at 21:36

F.T.O

(Oneshot – based on my dream)

Starring: Alice Nine, Chocoretto, Deluhi (Aggy), OFC.

Author: xellonich a.k.a Yuuji Sano

Pairing: ToSa, Aggy x OFC, Hiro x Myu (implied pairing)

Rating: PG, T

Genre: humour, fluff, crack.

Warning: crackness, kegajean mimpi sang author plus tambahan adegan tentu saja~

Disclaimer: This is what I have in the Valentine day; admit it as the other of my weird dream.

Summary: “Jadi…” Izmu membuka suara. “Kalau Alice Nine datang memang kenapa?”

Music: AliceNine – Fantasy

Deluhi: F.T.O; Follow the Future; Lorelei

~†~†~†~

Pada suatu hari ketika matahari bersinar begitu cerah dalam suasana menyenangkan di musim panas…

Tersebutlah seorang anak manusia yang sedang berlari-lari dengan senyum lebar di wajahnya, melambai-lambaikan sebuah pamphlet ke pada teman-temannya. “Hei teman-teman~” Bunga-bunga bertebaran di sekelilingnya bersamaan dengan langkahnya mendekati teman-temannya yang sedang sibuk makan rujak.

Setelah diketahui ternyata namanya adalah Munade, yang rajin senyum, rajin luluran dan treatment ke salon. Maka tak dapat dipungkiri jika wajahnya kini sukses bersih bersinar sunli*ht, plus efek-efek cahaya dan kelopak bunga a la molto yang sering dipakainya untuk mencuci baju.

“Hei, kalian tahu tidak??” ia bertanya pada teman-temannya yang sedang berebut air minum. Iya lah, rujaknya dua piring, sambelnya pakai cabe sepuluh, eh… minumnya cuma sebotol aqua seribu lima ratus Rupiah, terang saja mereka berebut.

“Hahh hahh… sini Hiro!” Myu melambai-lambaikan tangan seperti orang yang menyerah di acara uji nyali. Tapi memang dasar Hiro yang stay cool[kas] itu sedang sibuk meneguk air mineral dengan perlahan dan penuh penghayatan, ia jadi tak menghiraukan Myu yang kepedasan.

Sementara itu Sai yang sedang memotong-motong mangga muda, menyembunyikan aqua satu setengah liter yang baru dibelinya di balik punggung. Biar saja, yang penting dia tidak perlu kepedasan seperti guitarist satu lagi. Ia melirik pada Myu yang sibuk menarik-narik lengan baju Hiro yang tetap stay cool[kas] menghabiskan air minumnya hingga tingga botolnya saja. Tertawa kecil dan melanjutkan mengiris-iris apel Malang. (rujak pakai apel Malang??)

Ketika itulah sang penyelamat datang, satu-satunya drummer di Chocoretto (ya iyalah), datang membawakan seteko air. Myu melihat kedatangan Izmu. Di matanya sekarang wajah Izmu bersinar-sinar cerah, mengalahkan wajah bersih bersinar sunli*ht milik Munade, dengan tambahan burung-burung merpati putih yang berterbangan di sekelilingnya. (halah!)

“Izmu~~~” panggil Myu dengan slow motion menghampiri Izmu yang memasang wajah polos. “Minta airnya yah?” Myu membuat wajah memohon sambil mengedipkan mata.

“Ano… tapi… ini…”

“Ah! Kelamaan!,” Langsung saja ia meraih teko air itu dan meminumnya. Baru satu teguk, Myu menaruh tekonya kembali ke atas nampan dan menarik nafas.

Baik Sai, Hiro dan Izmu terdiam melihat ekspresi Myu. Wajahnya yang makin merah karena kepedasan sekarang tambah merah sementara keringat menetes di pelipisnya.

“PANAS!!!” dan guitarist yang satu itu berlari menuju kulkas di sudut dapur, mencari pertolongan pada es yang membeku.

Sai meneruskan memotong-motong nanas dan Hiro yang masih stay cool[kas] melanjutkan kembali acara makannya yang tertunda. Ya benar, apa pun yang terjadi, harus stay cool, minum dan makan pun harus pakai gaya; itulah prinsip seorang vocalist Chocoretto! Sementara itu, Izmu dengan wajah bersalah menyusul Myu ke dapur.

“Myu-chan…” ia mendekati Myu, “maaf ya, tapi tadi ‘kan aku mau bilang kalau airnya masih panas. Kau main ambil sih,” jelasnya dengan wajah tak berdosa pada Myu yang sibuk menggigit es batu. Myu hanya mengangguk dan mencari air minum di dapur. Heran, basecamp Chocoretto yang terkenal (author sebenarnya ngga kenal sih) gudangnya makanan dan minuman kok tidak ada air minumnya? Apakah Ryouko, sang manager sedang melakukan penghematan atau melakukan pengujian terhadap ketahanan tubuh para member Chocoretto tanpa air minum??

…dan sang leader yang terlupakan?

Ia kini sibuk menggaruk-garuk tanah dengan sebatang linggis.

[Munade: aku dapat linggis dari mana??

Author : pertanyaan bagus!]

Sang vocalist yang melihat Munade sibuk dengan linggisnya pun tergerak untuk bertanya, “Kau kenapa Mun?” (singkatan dari Munade)

Munade berdiri, berjalan mendekati Hiro, “Ng, begini…” menyelamatkan harga dirinya sambil membuang linggis ke belakang.

BLETAGH.

“Sakit!!!” sungguh menyedihkan, Myu yang baru saja kembali dari dapur bersama Izmu telah menjadi tempat pendaratan sang linggis bertuah itu. Kontan ia mengelus memar di dahinya dan duduk di sebelah Sai. Tak sengaja ia melihat botol aqua yang Sai sembunyikan di balik punggungnya, ia pun mendelik pada Sai, tapi pemuda itu berpaling dan pura-pura tak melihat Myu dengan aura membunuhnya.

“Begini… kita diundang di event untuk merayakan hari Valentine, dan yang paling menghebohkan…” Munade berhenti dan memandang kepada semua member Chocoretto. “…akan diundang pula Alice Nine!” katanya dengan semangat berkobar.

Hening…

KRIK... KRIK... KRIK...

Semua orang menoleh pada sumber suara. “Gomen, itu keitai-ku,” ujar Sai seraya merogoh kantongnya.

“Jadi…” Izmu membuka suara. “Kalau Alice Nine datang memang kenapa?”

“Kita ‘kan cover lagunya Deluhi…” sambung Myu masih nekat memakan apel Malang yang dicocol sambel rujak. Sekarang sudah siap sedia dengan botol aqua milik Sai yang terlantar di tangannya.

“Iya… lagipula kenapa harus kita?” imbuh Hiro.

Munade ikut berpikir, “Iya ya… kenapa juga harus kita?”

[Author: yah karena kalian yang ada di mimpi saya! Gimana sih??! Udah udah! Rolling… action!]

“Yah, paling tidak ini kesempatan kita untuk memperkenalkan diri pada member Alice Nine bahwa band vikei dari Indonesia juga tidak kalah hebat,” Sai yang tiba-tiba muncul berorasi. “Betul tidak???” Tanya Sai lagi.

“Betul…” jawab member Chocoretto sambil mengangguk berjamaah.

Singkat cerita (author males panjang-panjang) mereka berlima pun setuju mengikuti event yang diadakan untuk memperingati hari Valentine. Mereka juga tak sabar ingin bertemu dengan member Alice Nine untuk menunjukkan kemampuan mereka yang tak bisa dipandang sebelah mata. Menunjukkan kekuatan mereka sebagai pembawa aliran musik baru di Indonesia, meski mereka agak kecewa dengan beberapa peristiwa yang tak mengenakkan di beberapa konser mereka.

Mulai dari pembatalan janji untuk tampil sewaktu mereka baru dibentuk. Berusaha tampil maksimal meski di event yang tidak terlalu besar. Menerima pembayaran yang pernah terlambat. Menerima perlakuan fangirls yang terkadang berlebihan, menguras kesabaran dan juga keikhlasan. Apalagi ketika fangirls mengetahui account facebook dan twitter mereka, jadilah fangirls semakin semangat menyapa dan seringkali mengisengi mereka. [author lirik ke tante Toru dan tante Yami]

Pahit dan manis. Suka dan duka. Mereka jalani dan terima demi mengembangkan potensi yang ada dalam diri mereka, dan kini, saatnya menunjukkan semuanya dengan sebaik-sebaiknya. Bahwa mereka bukanlah band ecek-ecek yang sekedarnya tampil, tapi dengan usaha keras diiringi doa.

Krekk…

“Aduduh… tanganku!!!” suara Myu membahana ke seluruh penjuru ruangan di basecamp Chocoretto. Ia memegangi tangan kanannya yang berdenyut menyakitkan.

Serentak semua orang di dalam rumah itu mendatangi balkon di mana Myu sedang berlatih sendiri. “Ada apa???” semua bertanya dengan wajah panik. Ditambah manager mereka yang memang agak repot mengurus mereka semua.

Myu menitikkan air mata, ia menunjukkan tangan kanannya.

“Aduh…” ujar Sai menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

“Ini gawat…” ucap Izmu.

“…” Hiro tetap diam melihat Myu.

“Myu-chan!” sedangkan Munade dan Ryouko terlalu panik melihatnya.

Myu menarik nafas dan melanjutkan, “Huwah! Tanganku cedera!!! Gimana ini??!”

“Ya dipotong saja,” jawab Hiro datar. Semua mata kecuali Myu menatap Hiro dengan tatapan tajam berikut aura-aura hitam di sekeliling tubuhnya. “Ma-maksudku kita bawa ke dokter! Iya… ke dokter!” ujarnya menyelamatkan nyawanya.

Mereka segera berdiri dan memapah Myu ke dalam mobil. Semua masuk ke dalam mobil sementara Sai duduk di kursi pengemudi, menyalakan mesin mobil yang menderu pelan. Ketika ingin menyesusaikan posisi duduknya, tak sengaja kaki Izmu menendang tangan Myu yang sakit.

“Gyaaa!!!” Myu menjerit kesakitan dan buru-buru menyingkirkan tangannya dari dekat Izmu.

Izmu yang sadar segera berbalik dan meminta maaf, “Eh, maafkan aku, Myu–”

Dugh.

“Waaaa!!!” Myu kembali menjerit saat Hiro tak sengaja menginjak tangan Myu saat ingin berpindah ke kursi bagian belakang.

“Gomen,” katanya singkat. Mobil pun melaju keluar dari garasi.

DUAGH.

“Apaan tuh??” seru Ryouko yang duduk di sebelah Sai dan menoleh ke belakang.

Sai mengernyitkan dahi, “Sepertinya pagar masih dikunci deh… siapa yang pegang kunci pagar??!” ia melempar pertanyaan kepada empat yang lain di belakang.

“Aku ngga,” jawab Munade.

“Ngga,” jawab Hiro.

“Piketku bukan hari ini kok,” kata Izmu.

Semua menatap Myu, “Aku yang pegang… tapi...”

“Ya sudah, buka pintu sana, tangan kirinya masih bisa dipakai kok,” suruh Hiro.

...dan kotak tisu, sepatu, bando, pin Deluhi serta botol jus jeruk mendarat di wajah Hiro.

~†~†~†~

“Ini cedera yang cukup serius…” ucap sang dokter perempuan tersebut. Ia memeriksa tangan Myu dengan hati-hati dan penuh konsentrasi. “Kau mengalami keretakan di dekat tulang pengumpil dan sepertinya selama seminggu ke depan kau tidak bisa melakukan pekerjaan yang berat,” jelas dokter Yami.

“APA?!” mereka semua kaget mendengarkan penjelasan dokter Yami.

“Tapi ‘kan nanti malam konsernya…” ujar Myu lirih.

Sang dokter hanya tersenyum prihatin, “Yah, terpaksa harus ditunda, daripada cederamu tambah parah. Anak manis, lebih baik diundur saja~” ia mengedipkan mata pada Myu.

Mereka semua menghela nafas, nampaknya mereka memang harus menelpon panitia dan segera meminta maaf karena kecelakaan yang tak diduga ini.

“Maaf ya, gara-gara aku kita jadi batal tampil...” Myu menundukkan kepala, memandangi tangannya yang disangga oleh gips dan dibalut perban.

Ryouko tersenyum memaklumi, “Tidak apa kok, yang penting Myu bisa cepat sembuh.” Ia menepuk bahu Myu pelan.

“Iya Myu-chan jangan khawatir, nanti juga sembuh kok,” rayu Munade dengan senyum manis. Yang lain mengangguk mengiyakan.

Tak diduga terdengarlah scream khas Juri yang menyanyikan Follow the Future. Semuanya saling berpandangan.

“Rumah sakitnya gaul ya?” kata Munade mengomentari lagu yang bergema di lorong itu.

“Iya nih, tapi ‘kan beri–” Sai menghentikan kata-katanya dan terperangah menatap kedatangan dua orang di depannya.

“Eh, kalian sedang apa di sini?” Tanya pemuda berambut gimbal tersebut kepada mereka yang memasang wajah kaget.

Sementara itu di sebelahnya, seorang gadis berambut pendek tersenyum pada Ryouko, “Ryouko-chan~~~” dan terjadilah adegan a la film Bollywood di lorong rumah sakit yang tadinya tenang tersebut.

Ryouko berlari kepada gadis itu, dan gadis itu berlari menuju Ryouko. Dengan tambahan angin semilir yang menerpa jaket mereka diiringi intro Lorelei yang panjangnya sembilan belas detik . Sungguh, sangat Bollywood sekali. Jangan lupa, adegan berpegangan tangan sambil berputar-putar dan tertawa-tawa senang.

Sisanya hanya menonton dengan sweatdrops menghiasi.

“Toru… Toru… Toru!!! Kapan datangnya? Ya ampun!” mereka berputar-putar sampai akhirnya berhenti karena menabrak bangku tunggu di lorong itu.

Toru dengan semangat menceritakan pengalamannya, “Ya ampun Ryouko! Tadi itu, dari Jepang aku langsung ke sini, biasa, Aggy mau main ke Indonesia, mau lihat tempat tinggal calon istrinya, terus ya bla bla bla…” dan dimulailah perbincangan calon ibu-ibu itu, hal yang biasa dilakukan saat mereka bertemu.

“Ano…” Munade bingung mau berkata apa melihat kedatangan sang bassist Deluhi dengan pakaian kasual di rumah sakit itu. Yang lain tampak bingung dan heran. Kok bisa ya, Aggy datang dari Jepang lalu pacaran dengan Toru, lalu datang ke rumat sakit ini???

Jawabannya simple; Ya bisalah, wong ini mimpinya author. XD

“Kenapa Aggy-san bisa ada di sini?” Hiro membuka sesi pertanyaan dan semua fokus pada Aggy.

Bassist itu hanya tertawa kecil, “Iya, aku ada urusan di sini.”

“Urusan apa?” sela Munade.

Aggy menyingkirkan poninya yang menyusahkan, “Yah, urusan tentang musik juga.”

“Wah, mau mengadakan kerjasama dengan perusahaan di sini?” tanya Sai cepat.

“Ng...” ia berpikir sejenak. “Bukan sih, hanya mengadakan event saja.” Jawabnya sabar.

“Event apa?” Myu yang masih merasakan cenat-cenut (ikh!) di tangannya ikut bertanya.

“Ng... itu...”

“Di mana?” tanya Izmu penasaran.

“Kapan?” sambung Munade.

“Dengan siapa?” Sai menimpali.

“Terus aja! Bagaimana, mengapa, bilamana, apakah... 5W+1H aja sekalian!” ujar Hiro kesal. Padahal tadi dia yang lebih dulu bertanya, tapi malah dia sendiri yang kehilangan kesempatan bertanya.

Aggy tertawa, menonton tingkah laku member Chocoretto yang sekarang sedang perang bertatap-tatapan pada frontman mereka. “Sebenarnya, aku adalah salah satu panitia event yang diadakan untuk memperingati hari Valentine dengan guest star Alice Nine.” Ia tersenyum lebar.

“EH???” mereka semua berseru kaget.

“Itu ‘kan event yang akan kami hadiri…” Munade melirik kepada keempat temannya.

“Iya, aku tahu kok. Aku ke sini karena mau bilang kalau–”

BRAAKK!

Sebuah simbal menggelinding ke arah mereka dan jatuh tepat di samping kaki Izmu. Mereka semua mengangkat muka dan melihat ke arah datangnya simbal tersebut. Tepatnya ke ujung lorong.

“Aduh!” erangan seseorang terdengar.

“Sakit! Sakit! Tora kau menginjak tanganku tahu!” seru seorang yang lain.

“Oi, Pon, berat tahu!” ujar suara yang lain.

“Huwahh… simbalku yang copot tadi mana ya???” rengek satunya.

Mereka semua melongo menatap kedatangan tamu yang tak diduga itu.

Shou berdiri dengan tampang sok keren dan menyandarkan salah satu tangannya ke dinding. Wajahnya yang tampan memasang senyum tipis. Padahal member Alice Nine yang lain bergelimpangan di belakangnya. Susah payah bangun melepaskan diri dari satu sama lain.

“Ehm, selamat malam… maaf menganggu ya…” Shou ber-catwalking ria menghampiri mereka semua.

Hening.

Mereka semua memandang Shou dengan wajah yang masih terkaget-kaget

“Ng…” Izmu menyadarkan mereka semua. “Dia siapa ya?” dan mereka semua jatuh bersamaan mendengar pertanyaan itu.

“Haduh…” Sai berpegangan pada bangku dan bangun kembali. “Itu vocalist-nya Alice Nine, Shou! Kamu gimana sih?” drummer itu hanya tertawa tanpa dosa.

Shou yang tadi berusaha menampakkan sisi kerennya langsung melotot a la leak Bali kepada Izmu. Dasar, ngga bisa lihat orang lagi tampil keren apa??!

Dari belakang vocalist Alice Nine, munculah leader mereka dengan senyum ramah, “E… selamat malam,” ia membungkuk sedikit dan semuanya balas membungkuk. “Kami, Alice Nine datang ke sini dalam rangka mengikuti event demi memperingati hari kasih sayang…” ia menjelaskan.

“Ya, selamat malam…” Munade menjawab. “Kami, Chocoretto juga berpartisipasi dalam event tersebut, namun sayangnya, guitarist kami, Myu, mengalami cedera yang tak diduga hingga akhirnya kami tidak bisa tampil. Hontou ni gomen nasai,” ia menjelaskan lalu membungkuk sedikit.

Nao tersenyum, “Oh, tidak apa-apa, kami–”

“Bilang saja kalau kau takut!” sang bassist Alice Nine melipat tangannya seraya menatap Munade dengan tatapan menantang.

“Saga!” Tora berdesis di sampingnya dan mencubit lengan pemuda itu, tapi Saga tetap Teguh tak mau melepaskan tatapannya dari Munade.

Leader Chocoretto itu berusaha tersenyum baik, “Maaf tapi–”

“Takut ‘kan? Benar ‘kan?” ia mendengus meremehkan. “Sudah kuduga ya, akan sia-sia jika kita datang ke sini. Ke negara yang bahkan tidak bisa berhenti menjiplak karya-karya orang lain. Yang tertanya tak lebih dari pemusik kelas teri!” Saga mencemooh mereka dengan ketus.

Munade yang tadinya sabar pun mulai tak bisa menahan emosi, panas juga kupingnya mendengar perkataan bassist pesolek ini. “Apa katamu, tante?” ia menekankan kata terakhir dan mendekatkan diri pada Saga.

Mereka semua yang ada di sana berusaha melerai.

“Muna-chan, jangan!” Myu memperingatkan, merasakan tangannya sebentar-sebentar berkedut menyakitkan.

“Sagacchi, jangan suka cari masalah,” Tora berujar.

“Kamu jangan ikut emosi,” kata Izmu.

“Saga, jangan seperti anak kecil,” nada bicara Nao sedikit meninggi.

“Jangan bertengkar!” seru semuanya.

Namun mereka semua menutup mulut saat Munade dan Saga melemparkan tatapan membunuh. Terlanjur takut melihat kedua pemuda cantik yang langganan ke salon itu mengeluarkan aura-aura bermusuhan yang pekat. Mereka mundur perlahan-lahan.

“Kau cari ribut rupanya!” Munade menggertakkan giginya.

“Hah? Orang-orang seperti kalianlah yang cari ribut! Tidak pernah menepati janji yang kalian buat sendiri!” ia balas menghardik.

“Wah, gawat…” desis para penonton dan melirik kepada satu sama lain.

“Fuh, lalu maumu apa? Bertarung?” munade menyingsingkan lengan bajunya.

Semua penonton mengambil kursi masing-masing. Sementara itu Ryouko membagi-bagikan popcorn dan Toru mengedarkan minuman. Sedangkan Aggy? Ia berdiri di antara Munade dan Saga, bersiap jadi jurinya.

“Oke kalau itu memang maumu!” Saga menggulung lengan bajunya.

Mereka berdua mundur beberapa langkah dan mengambil ancang-ancang.

PRIT!

Bunyi pluit Aggy yang didapat entah dari mana menandakan pertandingan dimulai.

“Heaaahhh~~~” mereka berdua berlari dan siap menerjang.

Popcorn berjatuhan dari mangkuk besar yang dipegang Hiroto dan menghujani kepala Tora saking semangatnya. Shou melipat kakinya dan Nao menaruh tangan di pelipis, mengurut-urut dahinya. Sedangkan Myu kesusahan meraup popcorn-nya dengan tangan kiri meskipun Hiro berbaik hati mendekatkan mangkuk popcorn itu kepadanya. Baik Sai maupun Izmu menyeruput jus jeruk yang segelas berdua itu sembari berkonsentrasi.

“Heeeaaaahhh…” Ryouko dan Toru yang masuk dalam seksi repot berusaha mengabadikan adegan seru tersebut menggunakan camcorder.

Saga mengeluarkan tinjunya dan Munade bersiap dengan hentakan tangannya.

“Ja…….n ken PON!”

GUBRAK!

Mereka semua bergelimpangan di lantai menyaksikan pertarungan yang tak ada seru-serunya. Hampir saja camcorder yang dipegang Toru jatuh dari tangannya.

“Ah aku kalah!” seru Saga sambil melihat tangannya yang membentuk gunting.

Munade yang menang dengan ‘batu’, “Yeah! Aku menang!” ia melompat-lompat seperti anak kecil. “Sini! Kemarikan dahimu!” dan Saga yang cemberut mendekat pada Munade, menerima jitakan maut pemuda itu sambil meringis kesakitan.

“Itu pasti karena kau curang! Ayo ulangi lagi!” Saga memprotes dan mereka pun melakukan jan ken pon sekali lagi.

Kini giliran Saga yang menang dengan guntingnya. “Yeay! Aku menang!” ia melompat-lompat kegirangan, “Sini kau!” dengan gemas ia mencubit hidung Munade.

“Ittai! Ayo ulangi lagi!”

Kedua pemuda itu sibuk sendiri dan tak menyadari bahwa teman-teman mereka telah pergi meninggalkan mereka dengan wajah malas. Ada-ada saja, mereka kira dua orang bassist itu akan bertarung sebagai mana mestinya, eh… ini malah jan ken pon… Ya ampun…

Setelah beberapa saat lamanya, Munade dan Saga yang telah berwajah merah dan kesakitan dengan keringat menetes saling berpandangan lalu melihat sekeliling mereka.

“Eh?? Teman-teman kita ke mana?” tanya Munade sambil mengusap pipinya yang merah karena tamparan pedas Saga.

“Aku juga tidak tahu,” Saga memijat-mijat dahinya yang memar mendapat banyak jitakan maut Munade.

Sementara itu dokter Yami yang baru kelar bertugas keluar dari ruangannya. Menemukan dua anak manis yang terlantar dan kepayahan di depan ruang prakteknya. Otomatis nalurinya muncul.

“Wah wah…” kedua bassist itu serentak menoleh. “Kasihan, dua anak manis, cantik nan seksi seperti kalian diterlantarkan begitu saja…” mereka berdua saling berpandangan bingung. “Sini sini, biar dokter Yami yang pungut~~” ujarnya genit sembari membuka pelukannya.

Baik Saga dan Munade berdiri tergesa-gesa dan berlari secepat mungkin dari dokter ero tersebut.

“GYAAAAAAAAA!!!!!!!!!!” jerit mereka berbarengan.

~End of Story~

A/N: gimana? Mimpi saya mirip orang autis kan???

Maaf jika ada potongan adegan yang mirip dengan adegan di fic Toru, maaf ya...

Maaf untuk tante Yami yang jadi dokter ero, padahal ’kan tante perawat ero~ (PLAK!)

Pokoknya maaf untuk semuanya jika ada kesalahan... saya hanya menuliskan apa mimpi saya dan mengembangkannya, just for fun dan tidak ada maksud untuk menghina atau unsur menejelekan.

Peace! (^ ^)V