CHOCORETTO at Reverb nation


Saturday, April 02, 2011

VAMPIRE by Yami Ashideku

Title : VAMPIRE

Author : Yami Ashideku

Genre : Fantasy, yaoi

Rating : SBB (sapapun boleh baca)

Fandom : Chocoretto

Pairing : Hiro X Munade,, Munade X Myu

Summary :

===================

=========

Gelap, istana ini benar-benar gelap. Terutama lorong yang sedang aku lewati ini. Terkadang aku jenuh dengan kegelapan, aku ingin kembali merasakan cahaya. Hanya saja, ada seseorang yang membuatku bertahan. Dia yang merubahku menjadi vampire, seorang vampire king bernama Hiro.

“Dari mana saja kau, Munade?” suaranya yang dingin menyambutku, tepat saat aku membuka pintu kamarnya yang dipenuhi ukiran rumit penuh seni.

“Jalan-jalan, atau lebih tepatnya menjelajahi istana yang gelap ini” Aku duduk di sofa empuk itu, tepat disampingnya. Sekejap kemudian Hiro menarikku, membuatku jatuh merebahkan kepala dan pundakku di pahanya. Dingin, tentu saja, karena dia adalah vampire. Hanya saja, tubuhnya yang dingin itu membuatku merasa nyaman.

“Kau bosan?” suaranya yang menyejukkan kembali terdengar. Dia, membelai rambutku dengan lembut. Perasaan nyaman ini, semoga tidak cepat berakhir. Kali ini aku menutup mataku, berusaha merasakan lembutnya belaian tangan dingin itu.

“Aku merindukan cahaya” seruku lirih.

“Besok pagi, kita akan keluar kastil. Siapkan mantelmu, kita akan melihat matahari terbit”

Mendengar itu, aku segera bangkit, kembali duduk disampingnya. Aku yakin raut wajahku sekarang memancarkan kekhawatiran. “cahaya bisa menghancurkan vampire. Jangan bilang kalau kau melupakan hal sepenting itu, Hiro!”

Hiro terbahak. Entah bagian mana yang lucu dari perkataanku. “Aku ini vampire darah murni, cahaya matahari sama sekali bukan masalah bagiku. Kau lucu sekali, Muna-chan”

Aku terdiam, betul juga apa yang dikatakannya. Dia berbeda, dia vampire berdarah murni. Bukan vampire kelas rendahan seperti aku yang terlahir sebagai vampire akibat racun dalam gigitannya.

“Hisap darahku.” Suara Hiro bergema, membuyarkan segala pemikiranku. “jika kau hisap darahku, meski efeknya hanya sebentar, kau bisa merasakan cahaya sama sepertiku. Karena itu, kau tak perlu takut melebur jika terkena cahaya.” Sambungnya.

===================

=========

Matahari bersinar sangat terik. Aku benar-benar kepanasan. Tanpa banyak berfikir, aku melepaskan celana panjangku hingga menyisakan sebuah celana pendek yang melekat ketat di pahaku yang mulus.

“Apa yang kau lakukan, Munade?” Hiro yang berjalan di depanku berbalik, menatapku dengan pandangan tak suka.

“Panas, begini lebih sejuk” tanganku mengibas, membentuk kipas demi mendapatkan sedikit angin yang bisa menyejukkanku.

Tatapan Hiro beralih kesekitar kami. Pandangan jijik terbesit dari lirikan matanya kala menangkap sosok-sosok manusia di sekitar kami. Aku mengikuti arah pandangan Hiro. Kini aku paham akan apa yang membuat Hiro muak. Manusia-manusia itu, dengan tatapannya yang menjijikkan, sedang melirik penuh nafsu ke arahku –atau lebih tepatnya ke arah pahaku yang terekspos dengan begitu jelasnya–.

“Kita pergi!” Hiro menarik tanganku, mengajakku berlari menjauhi manusia-manusia menjijikkan yang makin lama makin banyak menghampiri kami. Kami berlari, terus berlari. Melewati pasar-pasar kecil, taman, dan berakhir di sebuah gang kecil yang gelap tatkala seorang manusia berparas manis menabrakku hingga terjatuh.

“Nyaaaa~ sakiiiiit~” suaranya terdengar manis di telingaku. Roknya kotor karena bersentuhan dengan tanah. Tangan mungilnya mengusap bagian kepalanya yang terbentur dinding gang. Manis sekali.

Kuulurkan tanganku untuk membantunya berdiri. “ah terima ka- kyaaaaaa!!! PAHAAAAA!!” tiba-tiba darah segar muncrat dari hidungnya. Bahaya, pikirku. Dan benar saja, karena saat ini mata Hiro berubah merah. Tentu saja, aroma darah sesegar ini, siapa yang dapat menahan diri untuk tidak mencicipinya?

Jujur, akupun tertarik untuk menenggak habis darah makhluk manis ini. Hanya saja, aku harus bisa menahan diri. Seberat apapun tantanganku, aku harus melindungi Hiro. Tak akan kubiarkan kedok aslinya sebagai vampire terbongkar. Aku adalah Vampire Knight milik Hiro, aku harus bisa melindungi masterku.

“Maaf” dengan sekali hentak, tinjuku yang mengenai perut makhluk manis itu berhasil membuatnya pingsan. Segera aku membawa Hiro pergi secepat yang aku bisa, aku beruntung menjadi vampire. Karena dengan keadaanku yang seperti ini aku bisa berlari secepat angin tanpa ada satupun manusia yang melihatku. Sambil menahan Hiro yang daritadi menggeram berontak, aku masih sempat mendengar suara-suara manusia yang panik jauh di belakang kami. Di kala aku melihat kebelakang, lelaki-lelaki kekar berbaju zirah dengan armor-armor berkilau mengangkat tubuh mungil gadis manis yang terkena tinjuku tadi. Dah kudengar, salah seorang di antara mereka, dengan nada khawatir berseru memanggil makhluk manis itu, “Princess Myu! Sadarlah! Bertahanlah Princess Myu!”

===================

=========

“Kalian dari mana saja?” Sai segera menghampiri kami yang baru tiba di kastil. Raut wajahnya mengekspresikan rasa khawatir tatkala matanya menangkap sosok Hiro yang tengah menggeram di sampingku. Dengan sigap, Sai segera menyodorkan sebuah cangkir kristal berukuran besar yang berisi darah segar. Dalam sekali teguk, Hiro menghabiskan ‘santapan’nya.

Dan kali ini tatapan tajam Sai tertuju padaku. “Apa yang sebenarnya terjadi? Kau keluar kastil di siang hari. Dan parahnya kau membawa pulang tuanmu dalam keadaan seperti ini. Harusnya kau sadar akan apa yang kau lakukan. Kita ini knight bagi Hiro. Harusnya kita melindungi dia, bukan malah mengajaknya bersantai melenggang di kerumunan ‘makanan’. Kedoknya sebagai vampire, bisa diketahui siapapun yang ada di luar sana!”

Sudah ku duga, Sai pasti akan menceramahiku lagi. Aku hanya bisa menunduk dalam diam. “Maaf..” ucapku lirih.

Sai berlalu bersama Hiro yang masih tidak bisa mengendalikan dirinya. Sai sama sekali tidak menggubris permintaan maafku. Hingga akhirnya ia bersuara, “siapkan mantelmu. Malam ini kita berburu. Sebaiknya kau istirahat. Siang hari bukan waktu yang tepat untuk kita.”

===================

=========

Langit malam ini cerah sekali. Bulan bersinar terang bersama ribuan bintang seindah berlian. Aku sadar, cahaya indah inilah yang masih bisa dinikmati seorang vampire. Aku terpesona.

“Hey Munade!” suara Hiro mengagetkanku. “sedang apa kau di sana? Kita harus cepat” sambung Sai

Angin malam yang dingin menerpa rambut lembutku saat aku melompat turun dari puncak gereja. Aku suka, gerakanku begitu anggun dan ringan, seperti terbang tanpa suara. “Maaf..” ujarku begitu sampai di sisi Hiro dan Sai.

Di depan kami terpampang kastil tua yang merupakan pusat pemerintahan di kerajaan ini. Istana kerajaan, ini pertama kalinya Hiro mengajakku ‘berburu’ di istana. Rasa-rasanya air liurku menetes hanya dengan memikirkan lezatnya darah para anggota keluarga kerajaan.

Hiro menghentikan langkahnya di depan gerbang kerajaan. Ia membalikkan tubuhnya hingga aku dan Sai dapat menatap matanya. “Ingat, jangan sentuh raja, ratu, pangeran dan putri. Kalian hanya boleh memangsa para petinggi kerajaan.” Ujar Hiro.

“Saya mengerti. Kami hanya boleh memangsa para Lord dan para Lady.” Sambung Sai.

“Kenapa kita tidak boleh menyentuh keluarga inti kerajaan?” tanyaku.

Dengan sigap, Sai menjawab, “Para vampire telah menandatangani perjanjian di masalalu. Para vampire tidak akan memangsa keluarga kerajaan. Dengan begitu, keluarga kerajaan akan terus tumbuh dan menyediakan kita makanan yang tak akan habis stoknya, yaitu para rakyat dan petinggi kerajaan.”

Kulihat mata Hiro berkilat. Ada perasaan sedih yang tersirat dalam sinar matanya yang menatapku. “Jangan sampai melakukan kesalahan yang sama seperti yang aku lakukan dahulu.” Suara lirih Hiro begitu pelan hingga dapat di lenyapkan angin. Aku, masih bisa mendengarnya.

“Kita berpencar. Selamat makan.” Angin membawa Hiro menghilang sesaat setelah ia mengucapkan kalimat itu. Aku dan Sai pun mengikutinya. Kami berlari secepat angin. Berpencar, mencari mangsa.

===================

=========

Bau darah. Di kamar ini, aku baru saja menghabisi 2 anak kembar. Dari nama yang tertera d tempat tdur mereka, aku mengetahui bahwa mereka adalah Lord dan Lady yang masih berusia 17 tahun. Aaaah aku kenyang.

Dengan santainya aku melangkahkan kaki, menikmati indahnya arsitektur di sepanjang lorong. Istana ini indah, pikirku. Hanya saja ada perasaan aneh yang menerpaku. Entah kenapa, rasanya seperti deja-vu. Lorong ini begitu familiar. Langkah demi langkah membawaku menuju sebuah pintu dengan ukiran mawar yang elegan. Pintu ini, sepertinya aku pernah melihatnya.

“Berhenti!” suara menggelegar dari sesosok knight bertubuh besar mengagetkanku. “Suatu kehormatan bagiku bisa menyambut kedatangan vampire secantik dirimu”

Knight itu membungkukkan badannya dengan gagah, menghormatiku. “Namaku Izmu. Seorang guardian knight. Salam kenal.” Kini senyumannya membuatku tidak nyaman. “Ternyata legenda itu benar. Setiap tahun, para vampire akan mendatangi kastil. Tapi sayang sekali, kau tidak boleh memasuki pintu itu.” Aku masih diam seraya menatapnya dingin saat Izmu mendekat. Desisanku terdengar saat izmu menyentuh pahaku yang dingin. Tangan nakalnya terus naik keatas, meraba, mengelus, bahkan meremas kuat.

“Vampire secantik dirimu, pantas saja begitu mudahnya menarik perhatian mangsa. Benar-benar cantik.”

Muak. Aku benar-benar muak. “AAAAAAAARGH!!?” Izmu menjerit. Tentu saja, pasti sakit jika 2 tulang rusuknya aku patahkan dengan tinjuku. “Aku lelaki. ‘cantik’ bukan pujian yang tepat untukku.” Ucapku dingin.

Kujulurkan tanganku untuk membuka pintu itu, namun suara Izmu kembali menghentikanku. “BUNUH AKU!”

“Kenapa aku harus membunuhmu?”

“Di balik pintu itu, ada seorang putri yang harus aku lindungi. Sungguh menyedihkan jika kau memangsanya sementara aku selamat. Lebih baik mati dari pada terjebak dalam rasa malu seumur hidup.”

Kalimat-kalimat yang meluncur keluar dari mulut Izmu membuatku tersenyum. “Aku tidak akan melakukan hal buruk pada putri. Dan aku tidak akan membunuhmu. Karna kita sama-sama Knight, aq akan melepaskanmu.” Akhirnya aku membuka pintu itu. Sebuah kamar yang di dominasi warna putih dan coklat kayu membuatku merasakan ‘kehangatan rumah’.

“Ah! Tuan paha nyuu~~” sesosok mungil makhluk manis itu menghampiriku. Dia terlihat manis dengan gaun tidur penuh pita dan renda. “Tempo hari, maaf yah. Myu uda ga sopan sama tuan paha~”

Manis, bahkan caranya berbicara pun begitu manisnya. Seperti sosok seseorang yang aku rindukan. Tanpa dapat mengontrol diri, akhinya aku memeluk sosok mungilnya. “Myu~” desahku memanggil namanya.

“Tuan paha. Tuan paha datang kesini mau menemani myu kan?” suaranya begitu riang. Dengan manisnya ia menarik tangan dinginku menuju altar di sudut ruangan ini.

“Altar ini..”

“Ini untuk sepupuku nyuu~ dia ulang tahun hari ini. Myu sedih nyuu, dia menghilang di hari ulang tahunnya setahun lalu. Myu kesepian. Padahal dia satu-satunya pangeran yang mau main sama Myu. Cuma dia yang ga bilang Myu melambai. Dia bilang Myu manis.” Getaran dalam suara merdunya membuatku iba. Anak ini pasti kesepian. “Myu manis kan, Tuan paha?”

“Manis kok. Manis sekali”

“Myu ga melambai kan?”

“Mana ada anak gadis yang di bilang melambai?”

“Tapi Myu cowok nyuu~~”

DEG! Lelaki! Makhluk semanis ini Lelaki? Aku memperhatikannya dari ujung rambutnya hingga ke ujung kakinya. Jelas-jelas ia memakai gaun, memakai rok yang berenda dan di penuhi hiasan pita.

“T-Tidak apa. Yang penting Myu manis.”

“Ehehehe Yokatta nyaaaan~” Myu memelukku. Aku sungguh menikmatinya. Tubuhnya hangat. Akhirnya aku bisa merasakan kehangatan. Hanya saja aku tidak bisa berlama-lama. Hiro dan Sai sudah menungguku di balik pintu. Aku bisa merasakannya.

“Myu, aku harus pergi” sesaat setelah aku melepaskan pelukanku darinya, aku segera meniupkan serbuk penidur hingga ia tak sadarkan diri. Secepat angin, aku harus segera pergi dari sini.

“Apa yang kau lakukan di dalam sana Munade?” Tanya Hiro.

“Tidak ada” jawabku. Hiro memelukku dan mengecup bibirku. Aku dapat merasakan aroma darah segar dari bibir lembutnya.

“Ayo pergi” ujar Sai.

Kami berlari, atau lebih tepat melayang bersama angin. Secepat kilat meninggalkan kastil ini.

Kakiku terus membawaku secepat angin, tapi pikiranku kini berkecamuk. Myu, sang putri yang kutemui tadi menyebutkan namaku dalam tidurnya. Kalimat itu lah yang terus terngiang di telingaku sekarang. Berputar dalam kepalaku. Apa maksud dari kalimatnya itu?

“sepupuku,, Myu kangen. Selamat ulang tahun, pangeran Munade”