Author : Kafudo Kei (Sai no ... *ngarep XDa*)
Chapter : Oneshot
Fandom : Chocoretto and me *narsis* XDa
Pairing : none
Rating : PG-15
Genre : Angst
Disclaimer : The story line is mine, and the chocoretto belongs to chocoheroes ^w^/
a/n : Akhirnya saya kembali lagi >w
setelah lama hiatus dari dunia perfanfican, saya kembali dengan fic bday khusus buat memba choco kesayangan saya *hugs* *ditabok*
akhir-akhir ini saya merasa 'jenuh' sama fanfic. Mo baca aja males, makanya banyak banget daftar fic yang harus dibaca T.Ta. Buat temen2 yang udah ngetagin ffnya ke saya n belum saya coment, gomen, bukannya saya Silent Reader, tapi saya emang belum baca ff-ff kalian jadi saya belum coment >
oia, sebenernya ultah Sai kun tuh tanggal 3 kemarin. Tapi berhubung saya baru dapet wangsitnya hari ini dan langsung selese hari ini juga *eeaa*, jadinya baru bisa dipost sekarang. Gomen telat m(_ _)m
saa, Otanjoubi Omedeto Sai Chocoretto! Wish you all the best and your wishes come true. I hope you'll be glad with this *seneng apanya? Angst gitu ==a*
well, enjoy minna >.^/
Dinginnya malam beradu dengan langkah cepat yang menciptakan desauan angin lembut. Di tengah kegelapan malam yang pekat, tanpa setitikpun sinar bintang yang tampak, pria itu terus menciptakan desir-desir angin yang menyapu helai rambut hitamnya. Jubah hitamnya berkibar-kibar, menebar aroma kematian yang tak berbekas. Sebuah menara tinggi dengan jam raksasa sebagai puncaknya menjadi tempat berlandas pria itu. Secara perlahan ia langkahkan ujung sepatunya ke lantai kayu bangunan tua itu. menyisir sedikit helai rambutnya dan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Perlahan dan ragu, ia berjalan ke tepi, dibalik kaca tebal yang menjadi pelindung jam raksasa itu. Penglihatannya yang tajam menatap kosong ke arah sebuah jendela yang masih bersinar terang diantara redupnya kota yang sudah "tidur" itu. Suara tawa yang bahagia dan hangat tertangkap jelas di indera pendengarannya. Matanya masih menatap kosong, pikirannya berusaha mencerna sesuatu yang belum pernah bisa dipahaminya
[111 tahun bukanlah waktu yang singkat untuk hidup. Akan terasa singkat jika kau mengisinya dengan tawa, kebahagiaan, kehangatan, dan..cinta. Tapi jika kau hidup dalam kesendirian yang abadi? Dalam keabadian yang hampa? Bukankah itu akan membuat hatimu mati dan perasaanmu beku? Kata 'sendiri' akan selalu menjadi temanmu dan kata 'hampa' akan menjadi inisialmu. Bukankah itu menyedihkan?]
"terima kasih mama"
suara kecil yang riang itu tertangkap jelas di indera pendengarannya, menembus gendang telinga menuju ke saraf otak dan otot mata. Matanya terus fokus melihat sebuah pesta kecil di tengah malam yang diadakan oleh sebuah keluarga. Sepertinya itu pesta kejutan untuk seorang gadis mungil yang kini wajahnya penuh dengan krim putih dari kue tartnya. Gadis mungil itu tertawa riang, membuka kotak-kotak dengan bungkus berwarna-warni yang diberikan oleh kedua orang tuanya. Pria itu memejamkan mata
"Kau membuatku kaget, Hiro-sama"
seorang pria lain yang baru saja melangkahkan kakinya tersenyum kecil dan mengibaskan rambut yang sedikit menghalangi pandangan. Hiro berjalan mantap ke arah pria itu dan berdiri di sampingnya
"Kaget? Bagaimana bisa kau kaget kalau kau sudah tau kedatanganku, Sai"
Sai, nama vampire knight itu, kembali memandang pesta kecil yang menarik perhatiannya sejak tadi. Melihat Sai yang hanya membisu seperti itu, Hiro pun ikut melihat ke arah pandangan mata Sai
"Apa yang kau risaukan?"
"apa yang sedang mereka lakukan?" tanpa melihat ke arah Hiro, Sai malah melemparkan pertanyaan lain tanpa menjawab pertanyaan Hiro
"Itu, pesta ulang tahun. Kau tidak tahu?"
"Tidak. Untuk apa mereka melakukan hal itu?" Sai agaknya sedikit tertarik. Hiro mengernyit heran, tapi kemudian menjawab pertanyaan Sai lagi
"Ketika tiba di tanggal dan bulan kau lahir, maka usiamu bertambah. Dan bangsa manusia biasanya merayakan hal bodoh itu dengan pesta, kue, dan lilin. Mereka meniup lilin yang diletakkan di atas kue setelah mengucapkan keinginannya di dalam hati. Setelah itu, mereka bertepuk tangan. Konyol"
Hiro tersenyum sinis sambil menyudahi penjelasannya, terus menatap ke arah jendela 'bersinar' itu.
"Kita tidak merayakannya?" Sai bertanya polos
mendengar hal itu, Hiro langsung tertawa terbahak sambil memegangi perutnya. 5 menit lamanya ia tertawa keras sampai-sampai air matanya keluar. Ia baru menyudahi tawanya setelah Sai memalingkan wajah dan mengeluarkan aura membunuh yang dahsyat
"Haha..tenang sai, jangan marah seperti itu. Malam ini bukan jadwal kita untuk berburu. Aku hanya heran kau menanyakan pertanyaan bodoh seperti itu. Memangnya kau manusia rendahan?"
Sai berbalik dan bersandar di dinding, menatap ke arah Hiro yang masih sedikit menahan tawa.
"Tapi bukankah itu menyenangkan? Rasanya hangat ketika melihat cahaya lilin dan wajah bahagia gadis kecil itu"
Secepat kilat Hiro menghantam wajah Sai dengan sangat keras hingga vampire knight itu terjatuh ke lantai. Pipi kirinya retak, membentuk cekungan ke dalam akibat kerasnya pukulan Hiro
"Sejak kapan ada kata 'menyenangkan' dalam kamus vampire? Ingat, kau ini Vampire Knight, Sai! Hatimu mati, perasaanmu beku. Bagaimana bisa kau bilang merasakan kehangatan ketika melihat pesta konyol itu?"
Wajah Hiro tampak merah padam. Jelas sekali kalau Lord Vampire itu sedang sangat marah. Tangannya mengepal dan bergetar, menahan gejolak amarah yang masih ingin dilampiaskannya. Sai bangkit dan memulihkan cekungan di wajahnya. Rasa sakit pasti sangat terasa walaupun ia adalah seorang vampire, vampire knight lebih tepatnya
"Maafkan aku, Hiro-sama" katanya sambil membungkuk
Hiro mendengus dan menepuk kepala Sai yang sedang membungkuk "Jangan pernah mengatakan hal konyol itu lagi di depanku. Kau adalah vampire knight kebanggaanku, tunjukkan sikapmu sebagai vampire knight. Vampire adalah makhluk yang paling sempurna. Ia abadi dan kuat. Tapi kau juga harus menerima konsekuensi di balik kesempurnaan dan keabadian itu. Hatimu mati, perasaanmu beku. Yang ada hanyalah kehampaan yang akan selalu menjadi temanmu. Camkan itu"
Hiro berjalan menjauh dari Sai, melompat ke jendela dan berdiri menantang dinginnya angin malam
"Ayo, kita kembali ke kastil. Aku tidak mau kau menjadi lembek seperti itu. Jangan kecewakan aku"
Sai menurut. Sebagai vampire ciptaan Hiro, tentu ia tak bisa membantah apa kata-kata dari Lord-nya. Ia berjalan mendekati Hiro. Ekor matanya sempat melirik ke arah gadis mungil yang kini sedang bernyanyi bersama ibunya
"Baiklah kalau begitu" Hiro sepertinya mengetahui apa yang Sai lihat, dan wajahnya menunjukkan wajah tak suka
"Besok kita berburu. Dan aku sudah menemukan target untuk perburuan kita besok malam"
Sai sedikit terkejut. Perasaannya yang beku entah kenapa menjadi sedikit was-was
"Baiklah Hiro-sama. Dimana kita akan berburu?"
Hiro turun dari jendela dan melangkah kembali menuju tempatnya bertemu dengan Sai tadi, di belakang kaca besar yang menjadi pelindung jam raksasa yang masih berfungsi itu. Pandangannya lurus, jarinya menunjuk ke arah sebuah jendela yang menjadi pemandangan mereka sejak tadi
"Keluarga itu. Besok kita akan membantai mereka"
Sai terkesiap mendengar kata-kata Hiro. Matanya terbelalak memandang Hiro yang sedang mengamati calon mangsanya dengan mata berkilat-kilat
"Keluarga itu?" tanya sai, menelan ludah
"Ya, kenapa? Kau keberatan?" Hiro tersenyum sinis tanpa mengalihkan perhatiannya dari jendela terang itu
"Ti-tidak Hiro-sama"
"Sepertinya kau masih harus belajar untuk menjadi vampire yang tangguh, Sai. Kau masih lembek. Maka dari itu kau harus memusnahkan apa saja yang bisa membuatmu menjadi lembek, seperti keluarga itu"
Sai hanya terdiam
"Sepertinya manusia pemburu vampire memang sedikit berbeda dengan manusia biasa. Hanya dengan kegiatannya saja bisa membuat seorang vampire knight kesayanganku menjadi lemah"
"Maksudmu, Hiro-sama?" Sai tidak mengerti
"Asal kau tahu, Sai. Mereka-keluarga yang menyedihkan itu- adalah keluarga vampire slayer. Assh...aku tak sabar ingin merasakan darah seorang wanita vampire slayer sekali lagi. Kau belum pernah merasakannya kan, Sai?"
Sai menggeleng pelan
"Setelah dipikir-pikir, hari ini adalah hari dimana aku menciptakanmu. Ah, anggap saja kau sedang berulang tahun hari ini, jika kau ingin disamakan dengan manusia rendahan itu. Karena aku sedang berbaik hati, maka aku akan menghadiahkan gadis kecil itu untukmu"
Sekali lagi Sai terkesiap "a-apa Hiro-sama?"
"Siapkan mentalmu untuk besok. Ingat, kau harus menjadi vampire knight yang tangguh. Jangan kecewakan aku"
Hiro berjalan menjauhi Sai dan memelompat keluar melalui jendela di seberang kaca jam raksasa, meninggalkan Sai sendiri yang kembali termenung dan lagi-lagi memandang ke arah jendela yang kini mulai meredup
Sayup-sayup terdengar nyanyian kecil. Dengan ingatannya yang tajam, Sai meniru lagu yang tadi didengarnya ketika melihat pesta ulang tahun kecil untuk seorang gadis vampire slayer. Matanya terus menatap ke jendela yang sudah 'mati' itu
"Happy birthday to Sai....Happy birthday to me"
owari
a/n : yeay...mou ichido, otanjoubi omedeto Sai kun ^w^/
maaf ya, kei ga bisa ngasih apa-apa. Cuma doa dan fanfic (abal) ini.
Dan buat yang baca, coments are loved X3
jangan lupa coment ya kalo udah baca. Sankyuu >w
Bagus. ^^
ReplyDelete